Selasa, 13 Januari 2015

Aku Cinta Rasulullah SAW.

Oleh Mumuns06 ~ ingatanfajar.blogspot.com
 
Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, aku mohon keridhoan-Nya untuk merangkai huruf menjadi kata, kata menjadi kalimat, kalimat menjadi paragraf, paragraf menjadi cerita, cerita yang penuh hikmah. Amiin..
Senin sore, hampir saja aku lupa kalau malam ini ada pengajian rutin di masjid kampusku, Al- Furqan Islamic Center. Aku segera bergegas bersiap-siap berangkat, waktu telah menunjukan pukul 17.45 WIB. “Mengapa bisa lupa Ya Allah, maafkan anak Adam ini Ya Allah, aku mohon ridho-Mu, kuatkanlah kembali ingatanku” sesalku dalam hati. Aku segera berangkat agar bisa mengikuti shalat maghrib berjama’ah disana.
Aku tiba ketika adzan maghrib telah berkumandang, segera aku mengambil air wudlu, menunaikan shalat wajib tiga raka’at berjama’ah dan bersiap mengikuti pengajian, majelis ilmu penuh hikmah.
---
Diskusi malam, Senin 12 Januari. Semoga berkah..
Prof. Sofyan, salah satu guru besar di kampus menjadi pembicara pada diskusi malam ini. Pembahasannya tentang bagaimana meneladani sikap Rasulullah, sangat pas karena sekarang telah masuk bulan Rabi’ul Awal, dalam kalender Hijriyah. Bulan Rabi’ul Awal adalah bulan kelahiran Rasulullah SAW, rahmatan lil’alamiin.
Aku melihat ke arah kanan dan kiri ku, sungguh sangat miris. Kurang lebih hanya sepuluh orang yang mengikuti diskusi malam ini, salah satunya dosenku di perkuliahan. Biarlah, semoga insan yang hadir malam ini kelak akan menjadi insan dengan kualitas unggul, dunia dan akhiratnya.
Diskusi segera dimulai.
“Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuhu”. Buka Prof. Sofyan. Kami serentak menjawab salam tersebut. Semoga keselamatan tercurah kepada kalian, dan rahmat Allah dan keberkahan-Nya, begitulah maksudnya.
“Puji dan syukur, mari kita panjatkan kepada Allah SWT., Tuhan semesta alam. Sungguh tidak pernah berhenti dan tidak pernah habis nikmat-Nya kepada kita semua. Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dia-lah pemilik Hari Pembalasan. Dia-lah, hanya dia yang patut kita sembah, Dia-lah, hanya Dia yang patut menjadi tempat kita meminta pertolongan-Nya. Semoga Allah senantiasa, menunjukan kepada kita jalan yang lurus. Jalan yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang telah diberi nikmat-Nya, bukan jalan yang dimurkai atau jalan orang-orang yang sesat”. Arti surat Al-Fatihah menjadi mukadimah.
“Sungguh, siapa saja di antara kita yang bersyukur, niscaya Allah akan menambah nikmat-Nya. Dan siapa saja yang ingkar akan nikmat Allah, maka Allah akan mengazabnya dengan azab yang sangat pedih. Itulah janji Allah. Nah, aya nu terang ayeuna sasih naon? (Ada yang tahu sekarang bulan apa?)”. Prof. Sofyan bertanya untuk mengawali pembahasan.
“Sasih Januari, pak” “Sasih Mulud, pak”.
Beberapa di antara kami menjawab
“Dasar urang Sunda, apalna teh bulan Mulud, abong sok aya Muludan.(Dasar orang Sunda, tahunya tuh bulan Maulid, mentang-mentang suka ada Maulidan) hehehe. Di dalam kalender Hijriyah tidak ada yang namanya bulan Mulud. Bulan Januari? Iya bener, tapi itumah untuk tahun Masehi. Ayo, sekarang bulan apa?”. Jawaban Prof. Sofyan dengan bahasa Sunda yang loma diikuti tawanya yang renyah, mampu mencairkan suasana.
“Bulan Rabi’ul Awal”. Jawab salah seorang di antara kami. Aku menengok, ternyata Pak Cucu yang menjawab. Seperti kataku di atas, beliaulah yang aku maksud dosenku di perkuliahan. Dosen pada mata kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam.
“iya, tepat. Bulan Rabi’ul Awal. Hati-hati nanti ditanya lagi masih jawab bulan Mulud, maenya mahasiswa engga tahu bulan-bulan Islam. Hehehe”. Masih dengan tawanya.
“Pada bulan Rabi’ul Awal, dilahirkan seorang laki-laki pilihan Allah yang kelak membuka cakrawala umat untuk berfikir, dialah Baginda Muhammad Rasulullah SAW. Beliau adalah cahaya bagi umatnya yang masih diselimuti kegelapan menuju terang benderang. Beliau adalah teladan, sebaik-baiknya teladan yang mampu menuntun kita mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat”.
“Allah berfirman ‘Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu...’(QS. Al-Ahzab:21). Asbabun nuzul ayat di atas yaitu ketika Rasulullah hendak mempersiapkan perang Khandak. Dikisahkan bahwa saat itu kaum Muslim berada dalam kelaparan hebat. Di bawah terik matahari yang membakar kulit, Rasulullah dan kaum Muslim menggali parit. Santapan yang mereka makan hanyalah sebiji kurma yang dibagi-bagi. Perang Khandak adalah perintah dari Allah, strategi dengan membuat parit adalah usulan dari Salman Al-Farisi, sahabat nabi yang berasal dari Persia. Parit yang disiapkan mengelilingi Madinah kecuali daerah perbukitan yang terjal--bertujuan untuk menghalau kaum Kafir yang hendak menyerang. Tak terkira kelaparan yang melanda kaum Muslim saat itu, sehingga banyak di antara mereka yang memohon izin pulang sebentar kepada Rasulullah, alasannya untuk menengok keluarganya di rumah, membawa perbekalan dsb., akan tetapi kebanyakan di antara mereka tidak datang kembali. Disinilah iman kaum Muslim diuji oleh Allah SWT., akibat kelaparan yang hebat, para sahabat harus mengganjal perutnya dengan sebuah batu yang diikatkan dengan tali dari kain pakaiannya. Peristiwa ini membuat di antara mereka saling mengeluh dan mulai ragu bisa menang dalam perang Khandak. Lalu, bagaimana dengan Rasulullah SAW? Sungguh beliau adalah teladan umat, ketika para kaum Muslim sibuk mengeluh dan meragu, beliau tetap tenang dan tetap optimis. Bahkan ketika para sahabat melihat ke arah perutnya, betapa mereka kaget ketika melihat Rasulullah mengganjal perutnya dengan dua buah batu”. Prof. Sofyan menghela nafas dan minum air yang telah disediakan.
“Kata laqad pada ayat tersebut adalah sebuah Talqin artinya benar- benar. Maksudnya Allah menekankan dengan sungguh-sungguh bahwa memang terdapat tauladan yang baik pada diri Rasulullah SAW. Nah, rekan-rekan, lalu bagaimana kita bisa mencontoh perilaku Rasulullah? Apakah kita bisa mencontoh perilaku Rasulullah?” Prof. Sofyan melemparkan pertanyaan.
“......” Saya berpikir.
“Bi..sa pak” Jawab beberapa di antara kami dengan ragu-ragu.
“Bagaimana caranya?” Prof. Sofyan kembali bertanya.
“Dengan mengikuti contohnya pak” jawab salah seorang di antara kami.
“Contoh apanya? Itu terlalu luas. Baik, cara meneladani Rasulullah ada tiga. Pertama, Yarjullahi, artinya senantiasa mengharapkan ridho Allah. Segala hal yang kita lakukan adalah semata-mata untuk mengharapkan ridho Allah. Kita bekerja niatkan hanya untuk mencari ridho Allah. Nah, sebagai mahasiswa juga, setiap langkah menuju kelas, mencari ilmu, niatkan hanya untuk mengharap ridho Allah SWT. Ade-ade mahasiswa yang jauh-jauh datang dari berbagai sudut negeri ke Bandung, untuk berkuliah disini niatkan lillahita’ala. Ade-ade yang masuk ke berbagai fakultas, itu hanyalah untuk ketertiban administrasi, sesungguhnya masa depan yang baik adalah masa depan yang penuh dengan keridhoan-Nya.”
“Yang kedua, Walyaumil akhiri, yaitu orang yang selalu mengingat hari akhir. Mereka yang percaya bahwa kiamat itu ada. Mereka yang percaya bahwa Hari Pembalasan itu menanti. Maka tiadalah dalam dirinya melainkan untuk selalu melakukan yang terbaik sebagai bekal di akhirat. Ada yang tahu kisah Al-Qamah? Dikisahkan pada masa Rasulullah, ada seorang anak yang sangat durhaka terhadap orangtuanya, Al-Qamah namanya. Sampai suatu hari Al-Qamah dikabarkan berada dalam sakaratul maut, sangat sulit sekali Al-Qamah mati, terus mengerang kesakitan. Akhirnya para sahabat bertanya kepada Rasulullah dan menjelaskan apa yang terjadi pada Al-Qamah. Rasulullah SAW. menjawab “Sesungguhnya Al-Qamah telah durhaka kepada orangtuanya, apakah orangtuanya masih hidup?”, para sahabat mengiyakan bahwa ibunya masih ada. “panggil orangtuanya” pinta Rasulullah. Akhirnya ibu dari Al-Qamah datang, Rasulullah memintanya untuk memaafkan Al-Qamah. Akan tetapi, ibu dari Al-Qamah enggan untuk memaafkan Al-Qamah karena menurutnya Al-Qamah sangat menyakiti hatinya. Mendengar hal itu, Rasulullah meminta kepada para sahabat untuk mengumpulkan kayu bakar—membakar Al-Qamah. Sebagai seorang ibu, mendengar anaknya akan dibakar membuat hatinya luluh. Akhirnya ibu Al-Qamah menghampiri anaknya dan memeluk Al-Qamah “ibu memafkanmu nak”. Akhirnya Al-Qamah meninggal. Nah, yang namanya orangtua mah, cek paribasa Sunda mah, landung kandungan... terus apa kelanjutannya?” Prof. Sofyan bertanya.
“....” hening, tak ada yang tahu.
“haduh, ieu orang Sunda tapi paribasa nu kieu oge teu apal, tong jadi orang Sunda (haduh, ini orang Sunda tapi peribahasa yang seperti ini aja engga tahu, tidak perlu jadi oran Sunda) haha”. Kami tertawa, sindirannya sangat halus.
“Landung kandungan, laer aisan. Artinya mau sabedegong-bedegongna (senakal-nakalnya) anak, yang namanya orang tua mah pasti selalu ingin yang terbaik buat anaknya, selalu mendo’akan yang terbaik buat anaknya, memaafkan tingkah laku yang menyakiti hatinya. Begitu pula yang terjadi pada Al-Qamah. Orang yang percaya akan hari kiamat, akan menyiapkan kematiannya dengan baik dengan istiqamah melakukan amal baik”. Lanjut Prof. Sofyan.
“Tapi pak, ada orang yang senantiasa berbuat baik namun meninggalnya susah, sedangkan ada yang baragajul, tukang kadek, tukang mabok, tukang mukaan rok (yang jahat, suka membunuh, suka mabuk, suka memperkosa) namun meninggalnya mudah, nah itu gimana pak?” Salah seorang di antara kami bertanya.
“Kejadian ini juga pernah terjadi di zaman Rasulullah, yang kemudian pernah ditanyakan oleh para sahabat. Rasulullah menjawab “Sesungguhnya orang yang buruk amalnya namun meninggalnya dimudahkan oleh Allah SWT., tidak lain Allah hanya ingin membalas kebaikannya, karena seburuk-buruknya orang tersebut pasti pernah melakukan kebaikan, sehingga ketika nanti yang tersisa hanyalah siksa yang pedih. Sedangkan, orang yang amalnya baik namun meninggalnya susah, tidak lain karena Allah ingin memberikan siksaan kepadanya, karena sebaik-baiknya orang pasti pernah melakukan kesalahan, sehingga ketika nanti yang tersisa hanyalah amal baik, dan baginyalah nikmat yang tiada habis-habisnya” begitulah Allah dalam memberikan balasan”. Jawab Prof. Sofyan.
Kami mengangguk paham.
“Bahkan menurut hasil survei menyebutkan bahwa orang Eropa sangat takut akan kematian, maka ketika telah menginjak usia tua kebanyakan orang Eropa sangat gelisah, gelisah menghadapi kematiannya. Itulah azab bagi orang yang tidak percaya akan adanya Hari Pembalasan, mereka dibuat gelisah menjelang ajalnya, seolah-olah bagi mereka kehidupan yang fana’ ini sebagai kehidupan terakhir. Mereka pun sangat heran terhadap kaum Muslim, karena semakin tua mereka semakin tenang. Apa penyebabnya? Ternyata sikap aslamu, sikap pasrah kepada Allah adalah faktor yang membuat kaum Muslim begitu tenang menjelang kematiannya”. Tambah Prof. Sofyan.
“Yang ketiga, wadzakarallahi katsiiro, orang yang banyak mengingat Allah SWT. Beruntunglah mereka yang senantiasa berdzikir kepada Allah. Sesungguhnya segala yang ada di semesta ini selalu bertasbih kepada Allah. Dikisahkan bahwa suatu saat nanti akan tiba masanya, ketika manusia akan mengalami kelaparan, uang sudah tidak bisa lagi memuaskan, manusia selalu merasa lapar dan kekurangan, hanya dzikirlah yang mampu mengenyangkan manusia, itulah tanda akhir zaman. Tanda-tandanya sudah ada, ketika manusia berlomba-lomba memperbanyak harta, sikut sana sikut sini, tak peduli kawan atau karib, mereka saling menjatuhkan, mereka tak pernah puas akan nikmat yang telah didapat, tak pernah bersyukur. Naudzubillah. Maka, untuk meneladani Rasulullah senatiasalah berdzikir kepada Allah SWT. Paham?”. Prof. Sofyan tersenyum.
“Nah, sekarang pertanyaannya apa yang harus dicontoh dari Rasulullah?” Tanya Prof. Sofyan.
“Teladannya, pak” jawab salah seorang diantara kami.
“Iya contoh itu teladan, hehe jadi apa yang harus diteladani dari Rasulullah?”. Timpal Prof. Sofyan sambil tertawa, kami pun ikut tertawa.
“Semuanya, pak... syari’atnya pak...”. Jawab beberapa di antara kami, termasuk Pak Cucu juga ikut menjawab.
“Semuanya? Iyah apa semuanya teh? Masih sangat luas. Nah baiklah, ada tiga hal yang bisa kita contoh dari Rasulullah SAW. Ada Qaulun (ucapannya), Fi’lun (Perbuatannya) dan Takhriirun (Tindakannya). Maenya santri nu sapopoe sare di kobong teu apal naon anu kudu di conto ti Rasul (Masa santri yang sehari-hari diam di kamar pesantren tidak tahu apa yang harus dicontoh dari Rasul). Hahahaha”. Beliau menyindir kami dengan tawanya, tapi kami juga ikut tertawa.
“Rasulullah sepanjang hidupnya, setiap tutur katanya tidak pernah menyinggung perasaan orang lain. Beliau selalu menggunakan tutur kata yang santun. Ada enam tingkatan bahasa yang santun? Sok apa aja ke enam tingkatan tersebut?” Prof. Sofyan mencoba menguji kami kembali. Dan diantara kami tetap tak ada yang bisa menjawab.
“Ya Allahu Rabbi, ieu santri anu cicing di kobong Al-Furqan masih keneh teu apal. Tuda gawena sare, ari isuk-isuk Ustadzna ngaji, manehna sare, geus siang masih keneh sare, jadi we katelah santri 1001 mimpi, ngan sare we pagaweanna. (ini santri yang tinggal di Al-furqan masih saja tidak tahu. Pasti kerjanya tidur, kalau pagi-pagi Ustadznya ngaji, dianya malah tidur, udah siang masih aja tidur, jadi dikenal santri 1001 mimpi, cuman tidur kerjaannya) Hahahhaha ”. Sindirannya kembali membuat kami tertawa.
“Ada enam tingkatan bahasa yang santun, qaulan sadiidan (tutur kata yang baik), qaulan kariiman (tutur kata yang mulia), qaulan Balighon (tutur kata yang mudah dipahami), qaulan maesyuro (tutur kata yang sampai), sama dua lagi apa ya?” Prof. Sofyan sedikit lupa, dan mencoba mengingatnya.
“...qaulan ma’rufa (tutur kata yang diketahui) dan qaulan layihan (tutur kata yang lemah lembut)”. Setelah aku tengok, ternyata Pak Cucu yang menambahi.
Prof. Sofyan tersenyum dan bertanya kepada Pak Cucu “Timana? (Dari mana?)”, nampak jika Prof. Sofyan kagum akan wawasan Pak Cucu. “Dari IPAI, pak”. Jawab Pak Cucu dengan suara rendah.
“Tutur katanya yang santun disertai dengan perbuatannya yang selaras. Begitulah Rasulullah memberikan teladan kepada kita. Adapun tindakannya yang bisa kita contoh, adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh Rasulullah selalu yang terbaik bagi umatnya, setiap perkara yang diputuskan akan memberikan maslahat bagi umatnya. Sungguh sempurnanya pribadi Rasulullah, banggalah menjadi Muslim, banggalah menjadi umatnya. Namun, mengapa remaja saat ini malu akan identitas muslimnya? Bagaimana pun juga kita tidak bisa memaksakan, tetapi kita bisa mengingatkan, menasihatinya dengan memberikan contoh, seperti Rasulullah SAW.” Prof. Sofyan menjelaskan.
Aku semakin mencintai Rasulullah, “Aku cinta Rasulullah, dan aku tak akan pernah malu memperlihatkan identitas muslimku, bahkan ketika harus berada di negeri yang membenci Islam” gumamku dalam hati.
Waktu telah menunjukan pukul 19.26 WIB. Sudah masuk waktu Isya’. Akhirnya diskusi malam ini harus ditutup. Akh sayang sekali, padahal ingin sekali aku bertanya kepadanya.
“Semoga dengan meneladani Rasulullah, kita menjadi manusia yang dimuliakan oleh Allah SWT., semoga kelak kita mendapat syafa’at darinya, amiin”.
Diskusi malam ini ditutup dengan do’a kifaratul majlis... Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuhu...

Rabu, 07 Januari 2015

Manajemen Implementasi Kurikulum (bersama Reza Azhari)


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Kurikulum adalah suatu sistem yang mempunyai komponen-komponen yang saling berkaitan erat dan menunjang satu sama lain. Komponen-komponen kurikulum tersebut terdiri dari tujuan, materi pembelajaran, metode, dan evaluasi. Dalam bentuk sistem ini kurikulum  akan berjalan menuju suatu tujuan pendidikan dengan adanya saling kerja sama diantara seluruh subsistemnya. Apabila salah satu dari variabel kurikulum tidak berfungsi dengan baik maka sistem kurikulum akan berjalan kurang baik dan maksimal.
Melihat dari bentuk kurikulum tersebut, maka dalam pelaksanaan kurikulum sangat diperlukan suatu pengorganisasian pada seluruh komponennya. Dalam proses pengorganisasian ini akan berhubungan erat dengan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan. Sedangkan manajemen adalah salah satu displin ilmu yang implikasinya menerapkan proses-proses tersebut. Maka dalam penerapan pelaksanaan kurikulum, seorang yang mengelola lembaga pendidikan harus menguasai ilmu manajemen, baik untuk mengurus pendidikan ataupun kurikulumnya. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas tentang pengertian, tujuan, fungsi, prinsip-prinsip, ruang lingkup, proses, dan faktor pendukung serta penghambat manajemen kurikulum, serta hubungan teori pendidikan dan kurikulum.








B.     RUMUSAN MASALAH
Adapun beberapa rumusan masalah yang akan dipaparkan dalam makalah ini, antara lain:
1.      Apa pengertian manajemen kurikulum?
2.      Apa saja ruang lingkup manajemen kurikulum?
3.      Apa prinsip manajemen kurikulum?
4.      Apa fungsi manajemen kurikulum?
5.      Bagaimana manajemen kurikulum yang diterapkan di SMAN 1 Lembang, Kabupaten Bandung Barat?

C.    TUJUAN PENULISAN
Dari beberapa rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka di dalam tujuan penulisan makalah ini, antara lain:
1.      Mengetahui pengertian manajemen kurikulum?
2.      Mengetahui saja ruang lingkup manajemen kurikulum?
3.      Mengetahui prinsip manajemen kurikulum?
4.      Mengetahui fungsi manajemen kurikulum?
5.      Mengetahui pelaksanaan manajemen kurikulum yang diterapkan di SMAN 1 Lembang, Kabupaten Bandung Barat?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    PENGERTIAN MANAJEMEN KURIKULUM
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian  dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Manajemen kurikulum  adalah suatu sistem pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum (Sudarsyah A. dan Diding Nurdin, 2010: 182). Dalam pelaksanaannya, tentu manajemen kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan konteks Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan berdasarkan Kurikulum 2013. Oleh karena itu, tujuan pendidikan yang dibangun oleh lembaga pendidikan atau sekolah dalam mengelola kurikulum secara mandiri dengan menitikberatkan pada ketercapaian dan kebutuhan akan visi dan misi lembaga pendidikan atau sekolah juga tidak mengabaikan kebijakan-kebijakan nasional yang telah diterapkan.
Hubungan antara sekolah dan masyarakat juga harus dikelola dengan baik dan produktif. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat benar-benar  merasa memiliki sekolah. Dari hal tersebut, diharapkan terbentuklah suatu hubungan yang sinergis antara sekolah dan masyarakat untuk mewujudkan progra-program sekolah. Dengan demikian, hubungan yang baik antara masyarakat dan sekolah dalam keterlibatannya dengan manajemen kurikulum  dimaksudkan agar dapat memahami, membantu, dan mengontrol implementasi kurikulum, sehingga lembaga pendidikan atau sekolah selain dituntut kooperatif juga mampu mandiri dalam mengidentifikasi kebutuhan kurikulum, mendesain kurikulum, menentukan prioritas kurikulum, melaksanakan pembelajaran, menilai kurikulum, mengendalikan serta melaporkan sumber dan hasil kurikulum baik pada masyarakat maupun pada pemerintah.

B.     RUANG LINGKUP MANAJEMEN KURIKULUM
Manajemen kurikulum adalah bagian dari studi kurikulum. Para ahli pendidikan pada umumnya telah mengenal bahwa kurikulum suatu cabang dari disiplin ilmu pendidikan yang mempunyai ruang lingkup sagat luas. Studi ini tidak hanya membahas tentang dasar-dasarnya, tetapi juga mempelajari kurikulum secara keseluruhan yang dilaksanakan dalam pendidikan.
Ruang lingkup manajemen kurikulum meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian kegiatan. Dari keterangan ini tampak sangat jelas bahwa ruang lingkup manajemen kurikulum itu adalah prinsip dari proses manajemen itu sendiri. Hal ini dikarenakan dalam proses pelaksanaan kurikulum punya titik kesamaan dalam prinsip proses manajemen. Sehingga para ahli dalam pelaksanaan kurikulum mengadakan pendekatan dengan ilmu manajemen. Bahkan kalau dilihat dari cakupanya yang begitu luas, manajemen kurikulum merupakan salah satu disiplin ilmu yang bercabang pada kurikulum.
Dalam sebuah kurikulum terdiri dari beberapa unsur komponen yang terangkai pada suatu sistem. Sistem kurikulum bergerak dalam siklus yang secara bertahap, bergilir, dan berkesinambungan. Oleh sebab itu, sebagai akibat dari yang dianutnya, maka manajemen kurikulum juga harus memakai pendekatan sistem.  Sistem kurikulum adalah suatu kesatuan yang di dalamnya memuat beberapa unsur yang saling berhubungan dan bergantung dalam mengemban tugas untuk mencapai suatu tujuan.

C.    PRINSIP MANAJEMEN KURIKULUM
Prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen kurikulum adalah sebagai berikut:
1.      Produktivitas
Hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum merupakan aspek yang harus dipertimbangkan dalam manajemen kurikilum. Pertimbangan bagaimana agar peserta didik dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan kurikulum harus menjadi sasaran dalam manajemen kurikulum.
2.      Demokratisasi
Pelaksanaan manajemen kurikulum harus berasaskan pada demokrasi yang menempatkan pengelola, pelaksana, dan subjek didik pada posisi yang seharusnya dalam melaksanakan tugas dengan penuh tanggungjawab untuk mencapai tujuan kurikulum.
3.      Kooperatif
Untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan manajemen kurikulum perlu adanya kerjasama yang positif dari berbagai pihak yang terlibat.
4.      Efektifititas dan efisiensi
Rangkaian kegiatan manajemen kurikulum harus mempertimbangkan efektifititas dan efisiensi untuk mencapai tujuan kurikulum, sehingga kegiatan manajemen kurikulum tersebut memberikan hasil yang berguna dengan biaya, tenaga, dan waktu yang relatif singkat.
5.      Mengarahkan visi, misi, dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum
Proses manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan visi, misi, dan tujuan kurikulum. Dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan manajemen kurikulum untuk memberikan hasil kurikulum yang lebih efektif, efisien, dan optimal dalam memberdayakan berbagai sumber daya maupun komponen kurikulum.

D.    FUNGSI MANAJEMEN KURIKULUM
Menurut G.R. Terry terdapat empat fungsi manajemen kurikulum, yaitu :
1.      Perencanaan (planning)
Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau penetapan tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
Arti penting perencanaan terutama adalah memberikan kejelasan arah bagi setiap kegiatan, sehingga setiap kegiatan dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan seefektif mungkin.
2.      Pengorganisasian (organizing)
Fungsi manajemen berikutnya adalah pengorganisasian (organizing). George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa : “Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu”
Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa pengorganisasian pada dasarnya merupakan upaya untuk melengkapi rencana-rencana yang telah dibuat dengan susunan organisasi pelaksananya. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pengorganisasian adalah bahwa setiap kegiatan harus jelas siapa yang mengerjakan, kapan dikerjakan, dan apa targetnya.
3.      Pelaksanaan (actuating)
Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi
Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa “actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut”.
Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.
4.      Pengawasan (controlling)
Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan.
Dalam perspektif persekolahan, agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka proses manajemen pendidikan memiliki peranan yang amat vital. Karena bagaimana pun sekolah merupakan suatu sistem yang di dalamnya melibatkan berbagai komponen dan sejumlah kegiatan yang perlu dikelola secara baik dan tertib. Sekolah tanpa didukung proses manajemen yang baik, boleh jadi hanya akan menghasilkan kesemrawutan lajunya organisasi, yang pada gilirannya tujuan pendidikan pun tidak akan pernah tercapai secara semestinya.
Dengan demikian, setiap kegiatan pendidikan di sekolah harus memiliki perencanaan yang jelas dan realisitis, pengorganisasian yang efektif dan efisien, pengerahan dan pemotivasian seluruh personil sekolah untuk selalu dapat meningkatkan kualitas kinerjanya, dan pengawasan secara berkelanjutan.
Menurut Sudarsyah A. dan Diding Nurdin (2010: 185) , fungsi-fungsi dari manajemen adalah sebagai berikut:
1.      Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumberdaya kurikulum, perberdayaan sumber maupun komponen kurikulum dapat ditingkatkan melalui pengelolaan yang terencana dan efektif.
2.      Meningkatkan keadilan dan kesempatan bagi peserta didik untuk mencapai hasil yang maksimal melalui rangkaian kegiatan pendidikan yang dikelola secara integritas dalam mencapai tujuan.
3.      Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar peserta didik, kurikulum yang dikelola secara efektif dapat memberikan kesempatan dan hasil yang relevan dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar,
4.      Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, dengan pengelolaan kurikulum yang profesional, efektif, dan terpadu dapat memberikan motivasi pada kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam belajar.
5.      Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar, proses pembelajaran selalu dipantau dalam rangka melihat konsistensi antara desain yang telah direncanakan dengan pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian, ketidaksesuaian antara desain dengan implementasi dapat dihindarkan.
6.      Meningkatkan pastisipasi masyarakat untuk membantu pengembangan kurikulum, kurikulum yang dikelola secara profesional akan melibatkan masyarakat dalam memberi masukan supaya dalam sumber belajar disesuaikan dengan kebutuhan setempat.

E.     TUJUAN MANAJEMEN KURIKULUM
Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang ingin dicapai. Dalam skala makro, rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat. Bahkan, rumusan tujuan menggambarkan suatu yang dicita-citakan masyarakat. Misalkan filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat Indonesia adalah Pancasila, maka tujuan yang diharapkan tercapai oleh suatu kurikulum adalah membentuk masyarakat yang pancasilais. Dalam skala mikro, tujuan kurikulum berhubungan dengan visi dan misi sekolah serta tujuan-tujuan yang lebih sempit seperti tujuan setiap mata pelajaran dan tujuan proses pembelajaran. Manajemen kurikulum dan pembelajaran bertujuan untuk:
1.      Pencapaian pengajaran dengan menitik beratkan pada peningkatan kualitas interaksi belajar mengajar.
2.      Mengembangkan sumber daya manusia dengaan mengacu pada pendayagunaan seoptimal mungkin.
3.      Pencapaian visi dan misi pendidikan nasional.
4.      Meningkatkan kualitas belajar mengajar disuatu pendidikan tertentu.
Untuk mengakomodasi perbedaan pandangan tersebut, Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa tujuan dasar kurikulum dapat ditinjau dalam empat dimensi, yaitu:
1.      Kurikulum sebagai suatu ide, adalah kurikulum yang dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian, khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan.
2.      Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, adalah sebagai perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide yang diwujudkan dalam bentuk dokumen, yang di dalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat, dan waktu.
3.      Kurikulum sebagai suatu kegiatan, merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, dan dilakukan dalam bentuk praktek pembelajaran.
4.      Kurikulum sebagai suatu hasil, merupakan konsekwensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni tercapainya perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta didik.
Berdasarkan uraian di atas bisa disimpulkan bahwa kurikulum merupakan dokumen perencanaan yang mencakup:
1.      Tujuan yang harus diraih
2.      Isi dan pengalaman belajar yang harus diperoleh siswa
3.      Strategi dan cara yang dapat dikembangkan
4.      Evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi mengenai pencapaian tujuan
5.      Penerapan dari isi dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata.
 Dengan demikian, pengembangan kurikulum meliputi penyusunan dokumen, implementasi dokumen serta evaluasi dokumen yang telah disusun. (Sanjaya: 2008).
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana dapat dilihat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dinyatakan bahwa: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.

F.     KOMPONEN-KOMPONEN KURIKULUM
Kurikulum merupakan suatu sistem yang memiliki komponen-komponen tertentu. Perhatikan bagan di bawah ini!
Bagan tersebut menggambarkan bahwa sistem kurikulum terbentuk oleh empat komponen, yaitu: komponen tujuan, isi, metode/strategi, dan evaluasi. Sebagai suatu sistem setiap komponen harus saling berkaitan satu sama lain. Manakala, salah satu komponen yang membentuk sistem kurikulum terganggu atau tidak berkaitan dengan komponen lainnya, maka sistem kurikulum pun akan terganggu pula.
1.      Komponen Tujuan
Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan. Adapun beberapa tujuan pendidikan, memiliki empat klasifikasi:
a.       Tujuan Pendidikan Nasioanal (TPN)
Menurut UU No. 20 tahun 2003, pasal 3, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatis, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggunga jawab.
b.      Tujuan Institusional (TI)
Tujuan Institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan. Dengan kata lain, tujuan ini dapat didefinisikan sebagai kulaifikasi yang harus dimiliki setiap siswa setelah mereka menempuh atau dapat menyelesaikan program di suatu lembaga tertentu.
c.       Tujuan Kurikuler (TK)
Tujuan Kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran. Oleh karena itu, tujuan kurikuler didefinisikan sebagai kualifikasi yang harus dimiliki siswa setelah mereka menyelesaikan suatu bidang studi tertentu dalam suatu lembaga pendidikan.
d.      Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh setian siswa setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan.
2.      Komponen Isi/Materi Pelajaran
Isi kurikulum menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap mata pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan kegiatan siswa. Baik materi maupun aktivitas itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.
3.      Komponen Metode/Strategi
Strategi meliputi rencana, metode, dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. T. Rakajoni (1989) mengartikan strategi pembelajaran sebagai pola dan urutan umum perbuatan guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dari kedua pengertian di atas, ada dua hal yang dapat dicermati. Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan.

4.      Komponen Evaluasi
Evaluasi sebagai alat untuk melihat keberhasilan pencapaian tujuan dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu tes dan nontes.
a.      Tes
Tesbiasanya digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif atau tingkat penguasaan materi pembelajaran. Hasil biasanya diolah secara kuantitatif. Proses pelaksanaan tes hasil belajar dilakukan setelah berakhir pembahasan setalah pokok bahasan selesai satu semester. Dilihat dari fungsinya, tes yang dilaksanakan setelah satu semester dinamakan tes sumatif. Hal ini disebabkan hasil dari tes itu digunakan untuk menilai keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran sebagai bahan untuk mengisi buku kemajuan belajar (nilai raport). Sedangkan tes yang dilakukan setalah proses belajar mengajar dinamakan tes formtif karena fungsinya bukan untuk melihat keberhasilan siswa akan tetapi digunakan sebagai umpan balik untuk perbaikan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru.
1)      Kriteria tes sebagai alat evaluasi
Evaluasi memiliki dua kriteria, yakni kriteria validitas dan kriteria relliabilitas. Tidak dikatakan tes memiliki tingkat validitas seandainaya yang hendak diukur kemahiran mengoperasikan sesuatu, tetapi yang digunakan adalah tes tertulis yang mengukur keterpahaman suatu konsep. Tes memiliki tingkat reliabilitas atau keandalan jika tes tersebut dapat menghasilkan informasi yang konsisten.
2)      Jenis-jenis tes
Dilihat dari pelaksanaannya, tes dapat dibagi menjadi dua bagian yakni tes tulis, tes lisan, dan tes perbuatan.
b.      Nontes
Nontes adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk menilai aspek tingkah laku termasuk sikap, minat, dan motivasi. Beberapa jenis nontes, diantaranya observasi, wawancara, studi kasus, skala penilaian.

BAB III
HASIL OBSERVASI DAN WAWANCARA
A.    HASIL OBSERVASI
SMA Negeri 1 lembang merupakan salah satu sekolah menengah unggulan di Kabupaten Bandung Barat. SMA Negeri 1 Lembang merupakan salah satu sekolah menengah yang mulai menerapkan kurikulum  2013 diantara delapan sekolah yang telah menerapkannya di Kabupaten Bandung Barat. Kurikulum 2013 diterapkan di SMA Negeri 1 Lembang dimulai pada Juli 2013.
Sesuai dengan draft kurikulum 2013, bahwa sebagai permulaan yaitu dilaksanakan di kelas X. Yang unik disini bahwa program IPA dan IPS dihapus dan diganti nama menjadi MIA (Matematika dan Ilmu Alam) dan IIS (Ilmu-ilmu Sosial). Dalam manajemen kurikulumnya pun telah terstruktur dengan baik, kepala sekolah sebagai pengembang kurikulum dan juga para guru bidang studi yang telah mendapat pelatihan/penataran menjadi kepanjangan tangan dari kepala sekolah untuk mengimplementasikan kurikulum 2013 di sekolah.
Salah satu staf pengajar di SMA Negeri 1 lembang yang bernama Bapak Marsudi bahkan menjadi salah satu pengembang kurikulum yang bertugas mensosialisasikan tentang kurikulum 2013 ini ke setiap sekolah di Kabupaten Bandung Barat.
Dalam pelaksanaanya di SMA Negeri 1 Lembang sangat kondusif akan penerapan kurikulum 2013 ini. Selain itu lintas minat juga sudah diterapkan di SMA Negeri 1 Lembang. Perkembangan kognitif, apektif dan psikomotor juga ditunjang dengan baik.  Dalam hal  manajemen kurikulum pun telah terbentuk dengan baik. Hal ini dapat diketahui setelah melakukan wawancara dengan Bapak Marsudi selaku pengembang kurikulum.






B.     HASIL WAWANCARA
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dirancang untuk menggantikan kurikulum sebelumnya yaitu KTSP. Pengembang kurikulum 2013, yaitu Prof. Hamid Hasan merasa bahwa kurikulum sebelumya kurang bisa membentuk karakter siswa yang diharapkan, sehingga beliau merancang kurikulum 2013. Kurikulum 2013 diharapkan mampu membentuk kepribadian yang pantang menyerah dan tidak gampang mengeluh atau dengan kata lain, memiliki karakter yang kuat pada siswa dengan beberapa perubahan aspek kurikulum di dalamnya. Tapi bagaimana manajemen implementasi kurikulum ini diterapkan di sekolah-sekolah? Salah satu staf pengajar di SMAN 1 Lembang dan juga sebagai peserta pelatihan kurikulum 2013, yaitu Bapak Marsudi menjadi narasumber tentang implementasi kurikulum  2013 disekolah-sekolah. Berikut deskripsi mengenai hasil wawancara yang telah kami lakukan pada tanggal 22 Oktober 2013.
Berikut hasil wawancara kami kepada Wakasek Kurikulum SMAN 1 Lembang mengenai manajemen kurikulum dan pembelajaran:
a.      Bagaimana tugas pengembang kurikulum di sekolah khususnya mengenai kurikulum 2013 yang sedang diujicoba saat ini?
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut  baiknya kita mengetahui apa saja fungsi manajemen kurikulum. Seperti diketahui diantaranya ada perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Dari semua fungsi manajemen kurikulum tersebut diantaranya merupakan tugas dari pengembang kurikulum. Dalam hal perencanaan disini bahwa kurikulum dibuat secara terencana untuk digunakan di sekolah. Saat ini kurikulum diproyeksikan untuk jangka 3 tahun kedepan yaitu sekitar tahun 2015 sudah dipakai disemua sekolah. Dalam hal pengoraganisasian, jelas ada struktur dalam pengembang kurikulum dimulai dari Kemendikbud, Dinas Provinsi, Dinas Daerah, dosen, Widya Iswara, guru inti dan kepala sekolah. Dalam hal pelaksanaan, kita tidak bisa melepaskan dalam prinsip manajemen kurikulum, yaitu dalam penerapannya tetap demokrasi, contoh konkritnya bahwa di Kabupaten Bandung Barat ini baru 8 SMA yang sudah menerapkan Kurikulum 2013 dan sebagiannya masih dalam tahap disosialisasikan. Tugas sosialisasi disini adalah tugas dari pengembang kurikulum. Terakhir, sebagai pengawasan bahwa selain dari ketiga tugas diatas, pengembang kurikulum juga sebagai pengawas tepatnya adalah pemerintah pusat, evaluasi tercapai atau tidaknya kurikulum di semester awal ini akan dilaksanakan Desember nanti.
b.      Apa ada pelatihan untuk pengembang kurikulum? Seperti apa peletihan tersebut?
Tentu ada, pelatihan disini ditujukan untuk kepala sekolah sebagai pengembang kurikulum di sekolah dan ditugaskan kepada beberapa guru bidang studi untuk mengikuti pelatihan/penataran. Pelatihan disini agar dalam pelaksanaanya, kurikulum mampu berjalan maksimal dengan sumber daya manusia yang mumpuni. Bentuk pelatihannya yaitu In House Training (sentralistik) pada Agustus 2013.
c.       Bagaimana bapak sebagai pengembang kurikulum menanggapi isu terkait rancangan struktur kurikulum, khususnya tentang penjurusan dari kelas X?
Sebenarnya mengenai isu rancangan struktur kurikulum itu tidak hanya terjadi pada kurikulum saat ini tapi juga yang terdahulu. Pada kurikulum 2013 ini bertujuan untuk menghilangkan isu ini dengan mengadakan program lintas minat. Tugas pengembang kurikulum adalah mengawasi akan keberlangsungan pelaksanaan program ini.
d.      Didalam prinsip manajemen kurikulum dan juga pendekatan kurikulum 2013, ditulis tentang psikomotor (produktivitas/hasil) yang pada KTSP kurang digali pada siswa. Bagaimana bapak sebagai pengembang kurikulum berperan menyiapkan strategi untuk melayani perbedaan minat dan bakat siswa di sekolah?
Inilah yang menjadi keunggulan dari kurikulum 2013, dimana dalam setiap penilaian tidak hanya digali akan intelektual dan sikapnya saja tetapi juga bagaimana siswa mampu menghasilkan sebuah karya hasil belajarnya. Pada kurikulum 2013 juga memakai penilaian otentik untuk setiap murid dalam setiap pembelajarannya. Prinsip manajemen kurikulum juga menjadi aspek yang dikedepankan, yaitu dalam hal efektivitas dan efisiensi, dimana kurikulum 2013 merencanakan  bahwa murid memiliki karakter yang kuat dengan waktu yang efisien.
e.       Terkait pelayanan bagi kemampuan siswa yang diatas rata-rata, menurut bapak apakah akselerasi masuk dalam psikomotor? Dan apa itu perlu?
Akselerasi itu sah-sah saja, akan tetapi kita harus melihat psikologi peserta didik tersebut karena secara kognitif menguasai tapi mungkin secara psikologi tidak. Untuk  SMAN 1 Lembang, siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata diberi fasilitas untuk mengembangkan kemampuannya sehingga mampu menghasilkan prestasi-prestasi yang membanggakan bagi sekolah. Hal ini masuk dalam prinsip manajemen kurikulum tentang produktivitas dan visi misi sekolah.
BAB IV
PEMBAHASAN
            Pembahasan kali ini adalah implementasi kurikulum 2013 di SMA Negeri 1 Lembang dengan tinjauan pustaka mengenai manajemen implementasi kurikulum. Pada pembahasan kali ini juga lebih menekankan pada aspek prinsip dan fungsi manajemen kurikulum.  Ada beberapa poin yang perlu diperhatikan mengenai prinsip manajemen kurikulum; diantaranya produktivitas, demokratisasi, kooperasi, efektifitas dan efisiensi serta menetapkan visi misi dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum.. Mengenai kelima prinsip tersebut SMA Negeri 1 Lembang sudah melakukannya. Hal ini terlihat dari pengimplementasian kurikulum 2013 di sekolah atau bahkan sebelumnya. Demokratisasi dari SMA Negeri 1 Lembang dapat dilihat ketika belum semua guru memahami tentang kurikulum 2013, guru tersebut diberi kewenangannya dalam melakukan pendekatan dalam pembelajaran. Kooperasi adalah dimana setiap pengembang kurikulum mampu bersinergis dalam pengimplementasian kerikulum. Efektifitas dan efisiensi bisa dilihat dari beberapa contoh suksesnya program sekolah dalam kurun waktu yang ditentukan. Terakhir, khusus untuk kelas X yang telah memakai kurikulum 2013 pun tetap saja secara keseluruhan visi, misi dann tujuan dari SMA Negeri 1 Lembang tetap mengacu pada kurikulum yang berlaku.
           Adapun fungsi manajemen kurikulum di SMA Negeri 1 juga telah berjalan dengan sangat baik. Menurut G.R. Terry ada empat hal mengenai fungsi kurikulum, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Di SMA Negeri 1 Lembang semua warga sekolah turut serta dalam mengembangkan kurikulum 2013. Pada perencanaan juga telah terkoordinasi dengan baik, salah satu contohnya adalah dalam penyusunan silabus dan RPP dalam proses pembelajaran, guru diberi keleluasaan dalam mengembangkan silabusnnya. Pengorganisasian yaitu dari pengembang kurikulum (kepalas sekolah) hingga kepada para guru bidang studi. Serta pengawasan dilakukan oleh pengembang kurikulum mengenai sejauh mana kurikulum tersebut berhasil. Hal ini dapat diketahui setelah melakukan evaluasi.

BAB V
KESIMPULAN
A.    KESIMPULAN
Manajemen yang baik akan menghasilkan produk yang baik pula, mungkin perkataan tersebut sangat cocok ditujukkan kepada SMA Neger 1 Lembang. Dengan pengelolaan sumber daya manusia yang baik pula menjadikan SMA Negeri 1 Lembang sebagai salah satu sekolah yang pertama kali memakai kurikulum 2013 dengan kondusif di Kabupaten Bandung Barat.
Manajemen implementasi kurikulum sangat bermanfaat dalam mengatur strategi pembelajaran di sekolah. Maka dari itu pengembang kurikulum harus pandai-pandai dalam mengaturnya sesuai dengan prinsip dan fungsi manajemen kurikulum itu sendiri. Terlepas dari bagaimana perencanaan kurikulum itu sendiri dirancang, di SMA Negeri 1 Lembang telah melakukan perintisan akan kurikulum 2013 dengan optimal. Adapun pelaksanaannya masih dalam tahap pengawasan dari para pengembang kurikulum dan juga masyarakat.
Kurikulum 2013 di SMA Negeri 1 Lembang juga dalam pembelajarannya telah berbasis TIK. Hal ini tidak terlepas dari pengembang kurikulum yang berperan sebagai sumber daya manusia yang me-manage proses pendekatan dalam pembelajaran. Maka dari itu betapa penting nya posisi manajemen kurikulum dalam keberlangsungan pembelajaran disekolah.











DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Hamalik,O. (2008). Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sanjaya, W. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Tim Dosen Administrasi Pendidikan. (2010). Pengelolaan pendidikan. Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan

Sumber Internet:
http://sman1lembang.com/

Wawancara:
Pak Marsudi sebagai Wakil Kepala Sekolah SMAN 1 Lembang bagian Kurikulum